Tugas sosiolgi

 

Nama   : Langgeng Dwi Hartono
Nim      : 20310410063

Interaksi Sosial Masyarakat Di Era Pandemi Covid-19

Artikel ini dibuat untuk memenuhi tugas sosiologi, Prodi Psikologi, Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta, dosen pengampu Amin Nurohmah, S. Pd, M. Sc

A. Abstrac
       Pandemi covid-19 ( Corona Virus Disease ) muncul di akhir tahun 2019 . Hal ini memunculkan kekhawatiran secara global karena penyebaran virus ini terhitung sangatlah cepat. Hingga di awal tahun 2020 pandemi virus ini masuk ke Indonesia dan menimbulkan rasa takut di masyarakat. Pemerintah Indonesia mengikuti imbauan dari WHO untuk menerapkan aturan physical distancing, yang artinya menjaga jarak antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, interaksi sosial di masyarakat pun mulai beralih ke interaksi sosial tidak langsung dengan menggunakan sarana media soial atau gadget untuk berkomunikasi.

B. Pendahuluan
       Manusia hakikatnya adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, berkomunikasi adalah sesuatu yang tidak bisa ditinggalkan. Komunikasi adalah sesuatu hal yang dibutuhkan agar manusia bisa memenuhi kebutuhan dasar mereka.
       Hal ini menunjukkan bahwa manusia sangat membutuhkan komunikasi untuk melanjutkan kelangsungan hidup mereka. Misalnya, manusia membutuhkan kebutuhan sandang pangan harus melalui komunikasi dengan penjual. Dan untuk kebutuhan yang lain pun pasti sangat membutuhkan komunikasi dengan orang lain.

C. Pembahasan
1. Pengertian interaksi sosial
a. Robert M. Z Lawang ( 1986 )
    Interaksi sosial adalah proses ketika orang-orang yang berkomunikasi saling pengaruh-mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan.
b. Soerjono Soekanto , Gillinn dan Gillin dalam Culture Sosiolgy ( 1954 : 489  )
   Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara perorangan dengan perorangan, antara kelompok dengan kelompok, maupun hubungan perorangan dengan kelompok.
2. Faktor-faktor penyebab interaksi sosial
a. Imitasi ( Peniruan  )
        Dalam konteks psikologi, imitasi meruapakan suatu segi proses interaksi sosial. Imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
b. Sugesti
      Dalam ilmu psikologi, sugesti merupakan suatu proses ketika seseorang menerima suatu cara penglihatan atau pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu. Sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan atau sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain.
c. Identifikasi
      Identifikasi merupakan kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain.
d. Simpati
        Simpati merupakan suatu proses ketika seseorang merasa tertarik kepada orang lain. Jadi pada simpati, dorongan utamanya adalah ingin mengerti dan ingin bekerja sama dengan orang lain.
2. Interaksi sosial di era pandemi covid- 19
      Sebelum istilah physical distancing menjadi banyak diperbincangkan dan menjadi imbauan
untuk dijalankan oleh masyarakat, social distancing lebih dahulu muncul yang dimaknai sesuai dengan artinya, yaitu jarak sosial yang sebenarnya bermakna menjaga jarak sosial dengan orang lain, melalui minimalisasi pertemuan langsung dan berkerumun.
       Namun seiring berjalannya waktu, istilah tersebut dirasa kurang tepat, karena ditakutkan akan menghilangkan keterhubungan antara manusia secara sosial, di mana sesungguhnya yang dibutuhkan adalah pembatasan pertemuan fisik, seperti yang diungkapkan oleh Ahli epidemiologi WHO, Maria Van Kerkho Kerkhove di situs online Aljazeera.com (Azis, 2020).
         Hal senada diungkapkan juga oleh Professor di bidang psikologi dari Stanford’s School of Humanities and Sciences serta director of the Stanford Social Neuroscience Laboratory, Jamil Zaki, yang dikutip oleh DeWitte di portal Stanford News. Zaki menyebutkan bahwa istilah physical distancing memang lebih tepat digunakan jika dibandingkan dengan istilah social distancing, karena penekanannya adalah pada harapan untuk tetap terhubung secara sosial walaupun sesungguhnya terpisah (DeWitte, 2020).
       Dua penjelasan di atas mengenai physical distancing menunjukkan bahwa tidak ada
pilihan lain selain menjaga jarak fisik, untuk bisa mengikuti imbauan pemerintah yang juga menjadi imbauan dari WHO. Lebih lanjut, menjaga jarak fisik ini tentunya akan memunculkan kondisi-kondisi baru yang bisa dianggap sebagai masalah baru, selain perihal COVID-19 sendiri yang hingga saat ini belum ada penyelesaian secara medis. Lebih lanjut, terkait dengan physical distancing, Bueno melakukan kajian tentang ini dan mengeksplorasi tentang kemungkinannya
sebagai strategi Kesehatan masyarakat untuk meminimalisir wabah COVID-19.
      Temuan dari riset ini menunjukkan bahwa untuk mewujudkan physical distancing perlu dilalui beberapa tahapan, di antaranya melakukan isolasi terhadap orang yang sakit, melakukan penelusuran kontak, melakukan karantina bagi mereka yang telah terekspos, serta menutup sekolah dan kantor (Bueno, 2020).
        Berdasarkan kajian tersebut, bisa diketahui bahwa upaya membatasi interaksi sosial secara fisik menjadi suatu hal penting karena dinilai sebagai strategi yang tepat untuk meminimalisir transmisi infeksi virus ini. Dengan menjalani seluruh tahapan dalam physical distancing tersebut, sesungguhnya manfaatnya tidak saja membatasi penyebaran virus corona ini, tetapi juga mampu mengidentifikasi siapa saja masyarakat yang perlu dibantu secara media, terutama jika mereka telah memiliki kontak atau terpapar dengan orang-orang yang telah positif mengidap COVID-19.
       Namun demikian, walaupun physical distancing ini dipercaya merupakan strategi yang efektif untuk memutus rantai virus corona sehingga diharapkan bisa menekan pertumbuhan jumlah kasus positif, hal ini tentu memunculkan beragam dampak. Salah satu dampak yang mungkin muncul adalah terkait dengan sisi psikologis seseorang, secara lebih spesifik adalah gangguan mental. Beberapa bentuk gangguan mental yang mungkin terjadi akibat adanya physical distancing adalah kesepian, kecemasan, depresi, penyalahgunaan obat terlarang, dan kekerasan domestic (Galea, Merchant, & Lurie, 2020).
Permasalahan yang terkait dengan kesehatan mental ini tidak bisa dipandang remeh.
      Hal ini bisa menimpa siapa saja, tidak saja hanya masyarakat dari kelompok usia atau kelompok sosial tertentu. Jika tidak ada yang mengambil tindakan untuk mencegah atau setidaknya meminimalisir dampak psikologis tersebut, maka kemungkinan efek COVID-19 ini akan semakin meluas. Belum lagi dampak lain yang sangat mungkin muncul dari adanya kebijakan physical distancing ini. Berdasarkan kemungkinan-kemungkinan dampak tersebut, maka perluadanya penguatan solidaritas sosial, tanggung jawab, dan kerja sama antar sesama manusia untuk kehidupan dunia yang lebih baik. Selain itu, media dan teknologi sangat bisa dioptimalkan untuk mendorong kesatuan sosial, serta pembentukan jiwa cinta tanah air (Kumar, 2020). Walaupun kebijakan untuk melakukan physical distancing ini seringkali sulit untuk diaplikasikan mengingat hal ini tergantung dari masyarakat masing-masing, namun mengingat pentingnya ini untuk dilakukan maka seharusnya masyarakat memiliki kesadaran dan kepekaan
yang tinggi, karena ini diberlakukan sebagai bentuk negara yang hadir dalam kehidupan
masyarakat dan bentuk perlindungan negara kepada masyarakat. Sehingga, berdasarkan studi yang dilakukan oleh Kumar di atas, maka perlu peran serta dari semua unsur, baik pemerintah dan masyarakat.

D. Kesimpulan
      Di era pandemi ini, interaksi sosial manusia sangatlah terbatas. Karena adanya aturan physical distance. Hal ini dilakukan karena untuk memutus mata rantai penyebaran virus covid-19. Oleh karena itu, kita sebaiknya tetap mematuhi aturan dari pemerintah.

E. Referensi

Azis, S. (2020, March 30). Why 'physical distancing' is better than 'social distancing'. Retrieved April 30, 2020, from aljazeera.com: https://www.aljazeera.com/news/2020/03/physical-distancing-social-distancing-200330143325112.html

Bueno, D. C. (2020). Physical distancing: A rapid global analysis of public health strategies to minimize COVID-19 outbreaks. Institutional Multidisciplinary Research and Development
(IMRaD) Journal, 3(1), 31-53.

Soekanto, Soerjono. 2005. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.







    

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sosialisasi

Tugas Rangkuman Materi Kepribadian Sehat Mata kuliah Kesehatan Mental